Hatorangan ni Jamita
TAMPIL SEBAGAI ANAK
YANG DIURAPI
|
Jamita : Masmur 2:1-12
Sibasaon : 2 Petrus 1:16-21
|
|
Minggu, 26 Pebruari 2017
Minggu Estomihi
|
Pendahuluan
Kitab Mazmur
atau sering disebut dengan Kitab Zabur, Inggris: "The
Psalms", bahasa Ibrani "mizmor"
, dalam Alkitab berbahasa Ibrani diberi Judul "tehillim"
dan Septuaginta: " psalmos" yang adalah
istilah teknis untuk satu kidung yang dinyanyikan dengan iringan instrumen
musik. Sejarah Israel yang panjang itu telah memperlihatkan bahwa mereka
memiliki nyanyian rohani bahkan dinyatakan sangat berharga, karena melekat di
hati mereka sehingga tidak dapat dihapus. Nyanyian Musa dan Miryam (Kel. 15:
1-8,21) merupakan salah satu contohnya. Di samping itu para nabi pun memiliki
nyanyiannya sendiri misalnya: Yesaya 5: 1-7 (Nyanyian Kebun Anggur), Yehezkiel
19 (Nyanyian Ratapan Yehezkiel), Hosea 6:1-3 (Seruan atas kegagalan umat
mengandalkan Tuhan), Habakuk 3 (Doa Habakuk). Artinya bahwa di dalam Perjanjian
Lama, himne atau nyanyian rohani merupakan jenis sastra yang populer. Kitab
Mazmur sebagai salah satu kitab nyanyian, kemudian dikelompokkan sesuai
sifatnya, dengan Mazmur Daud, Mazmur bani Korah (mazmur pengajaran), Mazmur
dari Asaf, Nyanyian Ziarah, Mazmur 'hodu" atau yang awalannya selalu
dimulai dengan perintah 'bersyukurlah', Mazmur 'haleluya'(yang awal dan
akhirnya memberi perintah 'pujilah Tuhan', yang lain diurai menjadi Mazmur
Ziarah, Mazmur kutukan dan yang lainnya. Secara khusus, Mazmur 2 yang menjadi
perikop khotbah ini merupakan sebuah Mazmur yang muncul karena terjadinya
kekacauan politik di antara bangsa-bangsa, dengan adanya upaya bangsa asing
untuk menggagalkan rencana Allah atas bangsa-Nya, Israel. Hal itulah yang
melata belakangi munculnya nubuat tentang Juruselamat, artinya bahwa sering kali
terjadi kegagalan sejarah yang menyebabkan munculnya janji-janji zaman
keselamatan maupun Mesias itu sendiri.
Penjelasan Nas
Perikop ini,
merupakan mazmur yang berbeda dengan mazmur yang lain, karena yang hampir umum
dalam keseluruhan kitab Mazmur, sesudah ada judul, maka diikuti langsung oleh
nama pengarang baik pribadi atau kelompok, bahkan dengan tujuannya. Namun pasal
2 ini, langsung berbicara tentang kondisi yang dihadapi bangsa-bangsa yakni
'rusuh', dengan sebuah pertanyaan : Mengapa bangsa-bangsa rusuh? Itu artinya
secara langsung dapat dikatakan bahwa penulis Kitab itu adalah seorang yang
berurusan dengan bangsa, mungkin politikus atau paling tidak seseorang yang
memberikan perhatian besar atas sebuah kondisi bangsa yang sedang kacau oleh
perpolitikan yang tidak menentu. Bertitik tolak dari latar belakang itulah, pemazmur
melalui teks ini menuntun kita sebagai anak-anak yang diurapi Tuhan berkarya di
kekinian, dengan:
a. Memiliki Kepekaan (sensitifitas) yang tinggi
dan terus mengasahnya
Pemazmur (penulis) dalam teks nampaknya begitu bergumul, prihatin atas
kehidupan rakyat, juga atas para pembesar, serta raja-raja yang bersekongkol
untuk menentang atau melawan Tuhan. Melihat dan menyaksikan persekongkolan yang
dilakukan seorang atau sekelompok orang untuk menentang Tuhan, tentu bukanlah
hal yang menyenangkan bagi orang yang benar atau paling tidak masih memiliki
hati yang murni. Orang yang mengetahui tugas dan fungsinya dalam kehidupan ini
mestinya mengetahui apa yang diinginkan Tuhan dan apa yang tidak diinginkan-Nya.
Jadi persekongkolan jahat yang dilakukan penguasa, raja, pemimpin, orang-orang
kaya merupakan penghianatan kepada Tuhan itu sendiri dan tidak jarang hal itu
ditemukan di segala zaman. Pertanyaannya adalah: Siapa yang mau buka suara
untuk mengatakannya? Siapa yang mempunyai keberanian untuk menegur dan
mengingatkannya? Siapa yang masih memiliki hati yang taat dan tunduk kepada
Tuhan di era ini? Dari sinilah kita belajar hal yang sangat penting dari teks
yakni masih adanya orang yang memiliki hati yang murni yang mampu melihat
kebenaran dan kebenaran Allah di muka bumi ini, itulah pemazmur. Pemazmur tidak
memadamkan kepekaannya akan kebenaran dengan bersikap cuek atau tidak peduli.
Dia tidak membiarkan hidupnya dikuasai oleh cara berpikir massive yang
mengatakan: "Ini dunia dan nikmati", melainkan dalam kepekaannya dia
bergumul, berjuang dan memperhadapkannya dengan kebenaran Firman Tuhan dan
Tuhan itu sendiri. Dia tidak mengatakan bahwa ini dunia dan itu wajar, tetapi
Dia sadar akan firman Tuhan dan terus bergumul atasnya, karena hanya orang yang
mengetahui kebenaran, yang memikirkan kebenaran itu, dan hidup di dalamnya,
itulah yang dapat bersuara tentang kebenaran, karena kebenaran itu keluar dari
hati yang benar.
b. Meyakini
bahwa Tuhan selalu menyertai orang-orang yang diurapi-Nya
Pada bagian ini
pemazmur mengakui keberadaan Tuhan yang ada bersama dengan yang diurapi-Nya.
Pertanyaan: Siapa yang diurapi? Tentu pemikiran kita tidak akan langsung
melompat kepada Yesus Kristus sebagai Mesias yang diurapi Allah, ketika di ayat
2 dalam perikop dibicarakan tentang yang diurapi. Dalam konteks Perjanjian
Lama, memang sangat banyak nubuat yang berbicara tentang Mesias, Anak Allah
yang dijanjikan, yang nantinya nyata di dalam Kristus Yesus. Namun di sini, yang
diurapi itu adalah orang-orang yang dipilih oleh Tuhan dengan cara-Nya yang
khusus, untuk bergerak, bertugas melakukan pelayanan sesuai dengan yang
dikehendaki-Nya. Tugas-tugas itu adalah sebagai hakim, raja, nabi, imam serta
pemimpin lainnya. Mereka dalam menjalankan tugasnya, diawali dengan penerimaan
urapan/tahbisan atau peminyakan atas kepala mereka sebagai tanda bahwa Allah
menyertai mereka. Dengan demikian berarti bahwa mungkin saja si pemazmur adalah
salah satu orang yang dipilih Tuhan itu, dan sudah dimiliki sehingga memiliki
kemampuan melihat kebenaran, menyatakan kebenaran itu. Bahkan keberanian pun
ada padanya oleh penyertaan Tuhan, sehingga tidak perlu
takut ataupun cemas. Orang yang
diurapi itu bisa seorang raja atau pemimpin yang memiliki hati yang murni
sesuai dengan panggilannya sehingga dalam pergumulannya atas raja-raja (yang
jahat) dan bangsa lain meyakinkan
dirinya dan bangsanya bahwa Tuhan menyertai mereka. Penyertaan Tuhan
menjadi kekuatan, andalan dan senjata dalam menghadapi musuh. Dalam ayat
selanjutnya terlihat dengan sangat jelas bagaimana pemazmur meyakinkan umat
bahwa belenggu yang mengikat setiap orang terhadap persekongkolan, serta
tali-tali yang dipergunakan sebagai pengikat itu dapat dengan segera diputuskan
bahkan dibuang jika setiap orang percaya dan mengandalkan Tuhan (ay 3).
c. Tiap-tiap yang diurapi Tuhan
mengandalkan Tuhan dalam hidupnya
Dalam kesombongan dan keangkuhannya, para pembesar, para pemimpin dan
raja-raja bertindak dengan semaunya, mereka tidak perduli dengan kehidupan,
dengan kemanusiaan, mereka melakukan segala sesuatu sesuai dengan maunya tanpa
pernah memikirkan apakah ini sesuai dengan kehendak Tuhan atau tidak.
Permufakatan yang mereka buat bukan untuk melihat dan mendengar Allah dan
menggumuli Firman-Nya melainkan untuk melawan dan menentang-Nya. Tindakannya
mendukakan hati Tuhan, namun pemazmur dalam hal ini, terus mendorong umat
percaya, umat yang dipilih dan diurapi Tuhan untuk yakin sepenuhnya dan
mengandalkan-Nya dalam hidup, karena bagi pemazmur Allah itu berada di pihak
umatNya, bukan di pihak lawan (ay 4). Dia tetap
melakukan karyaNya (ay 6) meski
penentang-penentang banyak, Dia menaruh kita di kelompok persekutuan umatNya
(ay 7), Dia memenangkan umat-Nya bahkan di
masa tersulit sekalipun. Sejarah sudah membuktikan bagaimana orang-orang yang
diurapi Tuhan telah melakukan hal-hal yang tidak disangka dan diduga orang lain.
Mereka mengalahkan musuh yang dari segi kualitas dan kuantitas tidak dapat
disamakan, mereka memperlihatkan mujizat, mereka menyembuhkan berbagai jenis
penyakit, mereka memutuskan rantai-rantai pengikat dari besi, mereka
memperlihatkan kuasa dan kebesaran Allah. Karena selalu mengandalkan Tuhan,
maka Tuhan sendirilah yang berkarya melalui mereka.
d. Orang yang diurapi Tuhan itu memiliki
ibadah yang benar.
Ajakan pemazmur
sangat jelas dan ditujukan kepada segala arah, yakni kepada para
pembesar-pembesar, raja dan pemimpin yang congkak untuk dapat melihat Tuhan,
bertobat dan kembali kepada Tuhan. Artinya, bahwa jalan dan pintu tetap terbuka
bagi setiap orang untuk datang dan kembali kepada Tuhan. Ajakan pemazmur bagi
para pembesar atau raja merupakan teguran supaya setiap orang (mereka) tidak
membanggakan diri dan kekuatannya serta kekuatan serdadu yang ada padanya,
melainkan agar mereka bergerak mengenali diri mereka dan siapa Allah. Mereka
diajak menuju sebuah ibadah di dalam Tuhan. Bagi Allah, segala kecongkakan dan keangkuhan
tidak berarti apa-apa, karena dalam sekejap Tuhan bisa hancurkan dan
tungganglanggangkan semuanya itu. Namun, pemazmur tidak berdiri dalam satu
titik kehidupan yang kaku, dan tidak berubah. Kasih Allah baginya tetap, bisa
dialirkan bagi mereka yang datang dengan penyesalan diri dan ibadah yang benar.
Di samping itu pemazmur juga tetap mengajak umat Tuhan untuk tetap sadar akan
kuat dan kuasa Tuhan.
3. Pengenaan
Sudah dalam
beberapa dekade belakangan disebut bahwa dunia ni sudah semakin tua, bukan
karena bencana alam silih berganti, melainkan karena keegoisan yang dimiliki
oleh umat manusia yang hidup di dalamnya semakin menjadi-jadi. Tidak jarang
kita menyaksikan di berbagai berita tentang seorang anak manusia wafat di
tengah hiruk pikuk metropolitan tanpa seorang pun manusia di sekitarnya yang
mengetahui. Ini merupakan salah satu bentuk dari betapa manusia makin menipis
atau kurang keperdulian (baca: sensitifitas) akan kehidupan yang lainnya.
Banyak pemimpin tidak berlaku sebagaimana semestinya pemimpin yang
memperhatikan, melindungi, mendukung dan membebaskan tetapi justru melakukan
yang sebaliknya, menindas, memaksa, menjajah, memperbudak. Ada raja yang
menggunakan kekuasaannya untuk meraup keuntungan semata tanpa melihat yang dirajainya
apakah sudah hidup layak atau tidak. Menurut pemazmur, mereka adalah para
pemimpin dan penguasa yang tidak benar, karena mereka menutup kebenaran kepada
umat lainnya. Orang-orang yang diurapi Tuhan masa kini; yang tampil dalam
pelayanan besar maupun kecil dalam scope luas maupun
sempit; orangtua, penatua, politisi, pendeta, pemimpin partai, eksekutif
ataupun judikatif, seharusnya merupakan-orang-orang yang memiliki kepekaan
(sensitifitas) yang tinggi akan kebenaran yang didasari dari Firman Tuhan.
Jika kita
bertanya kepada diri kita sebagai umat Tuh Apakah kita termasuk orang yang
diurapi? Mungkin si bagi kita
memberikan jawabannya, karena sebenarnya bukan jawaban 'ya' atau 'tidak' yang
menjadi pok persoalannya, melainkan apakah dengan urapan itu, k sudah berlaku
dan bertindak benar? Pengurapan yang datang dari-Nya membuat kita mengetahui
secara per; apa yang Tuhan inginkan. Apakah yang Tuhan inginkan, dari seorang
ibu, dari seorang guru, dari seorang Wal Rakyat, dari seorang Bupati, dll? Jika
kita mengetahui apa yang diinginkan Tuhan namun tidak melakukannya maka sayang sekali kita mengatakan: "Aku
sudah diurapi Tuhan!" Urapan Tuhan membuat kita menggumulinya di dalam
kehidupan kita terus-menerus sehingga ketika berpikir, berlaku, bertindak
haruslah sesuai dengan itu. Orang yang diurapi memilih
pengetahuan akan Tuhan, diberi
kemampuan oleh Tuhan untuk melakukan perkara-perkara yang
besar serta disertai oleh Tuhan
menghadapi situasi macam apa pun. Urapan Tuhan itu merupakan bukti bahwa
tangan-Nya terus terulur untuk memberkati kita.
Apakah hidup kita sudah tiap-tiap waktu mengandalkan Tuhan? Ada banyak
orang yang merasa puas dan sukses melakukan sebuah pekerjaan meskipun kecil,
karena ada sukacita, merasa ditolong dan ditopang oleh Tuhan, oleh karenanya
rasa syukur tidak henti-henti terucap. Mereka menganggap bahwa Tuhanlah yang
membuatnya sukses mereka mempersembahkannya untuk hormat dan kemuliaan bagi
Tuhan.
Sebaliknya, ada orang yang merasa sudah melakukan perkara besar, kerja
kerasnya telah membuat namanya menjadi besar, dikenal banyak orang, namun
kebahagiaan tidak dimilikinya, karena semuanya dilakukan untuk dirinya, dengan
logikanya, mengandalkan kekuatannya sendiri. Keletihan ada padanya. Bedanya,
keduanya ada pada motivasinya, yakni kepada siapa dan untuk siapa semuanya itu
dilakukan? Mengandalkan Tuhan adalah meminta Tuhan menolong jauh sebelum itu
terjadi. Mengandalkan Tuhan adalah percaya bahwa yang dilakukan itu sesuai
dengan kehendak-Nya bukan kehendak kita. Mengandalkan Tuhan itu, menyerahkan
sepenuhnya agar Tuhan yang berkarya atas seluruh pekerjaan itu. Mengandalkan
Tuhan: percaya dan menyerahkan semua yang dilakukan untuk Tuhan. d. Sebuah lagu
dari Pelengkap Kidung Jemaat No 264 " Apalah Arti Ibadahmu " dalam
syairnya mengatakan "apalah arti ibadahmu kepada
Tuhan, jika tiada rela sujud dan sungkur, apalah arti ibadahmu bila tiada hati
tulus dan syukur... " Artinya bahwa ibadah yang sejati di
hadapan Tuhan itu adalah ibadah dengan hati yang tulus, rasa syukur kepada
Tuhan. Ibadah yang sejati adalah persembahan yang hidup dan berkenan bagi-Nya.
Ibadah sejati adalah mengasihi sesama. Ibadah sejati adalah ibadah yang murni
hanya untuk hormat dan kemuliaan bagi Tuhan. Oleh sebab itu beribadahlah
bagiNya dengan sukacita. Amin
No comments:
Post a Comment